awal terbentuk
Pagi hari di tahun ajaran baru pada tahun 2005, di sebuah kelas yang letaknya cukup dekat dengan ruang kantor para guru di SMA.N 33. Ruangan tersebut berada tepat disamping timur ruang kantor guru. Dengan aroma masakan untuk siang hari bagi para guru-guru, aroma yang sangat menyengat, menggoda sekaligus mengsalkan, karena di bagian buritan ruang guru adalah ruang dapur. Ruangan tersebut diberi nama ‘XI IPS 4’ sebuah kelas yang tidak disangka-sangka menjadi kelas diamana penghuni didalamnya adalah penghuni terakhir kelas tersebut. XI IPS 4 merupakan rangkaian huruf-huruf aneh dan angka keramat yang menyatu sehingga memberikan kesan mistis dan aneh didalamnya. Angka empat yang mengiringi dibelakangnya merupakan angka sial bagi kaum tionghoa yang masih mempercayainya. Sekitar empat puluh anak manusia yang gue kenal sampe yang belum dikenal berdatangan kedalam ruangan kelas tersebut. Banyak tampang-tampang aneh nan misterius dari anak-anak ini. Ketika masuk kedalam ruangan kelas tersebut gue langsung menuju bangku barisan kedua dari belakang, mungkin karena disitu ada seorang temanku yang pernah duduk sama gue dikelas sepuluh dulu. Nama Shopian biasa diejek “si bacok”, nanti gue ceritain sejarahnya. Bukannya gue engga bosen duduk sama dia, tapi gue nyari aman aja duduk sama dia, karena gue pikir yang laen belum tentu senormal gue dan temen gue ini yang pernah sekelas sama gue. Mungkin karena gue masih asing dengan teman gue yang baru nan aneh-aneh ini. Ternyata dan tak dinyana mereka samua baik dan juga jahat, kebanyakan dari mereka memiliki dua buah sisi sifat manusia yang menajadi tolak ukur surga dan neraka. Biasanya seorang anak adam ada yang memiliki sifat jahat dan ada juga yang memiliki sifat baik, tetapi semua yang berada diruangan ini memiliki kedua sifat ini sekaligus dan dapat timbul secara bersamaan. Tapi tak ada kekhawatiran yang berarti yang harus di khawatirkan. Dimulai dari belakang sekawanan para pria tak ada belas kasihan, sebelah kiri dan depan ada perempuan-perempuan aneh dan semua yang aneh-aneh. Tiba-tiba semuanya terkejut sejenak dengan bunyi suara bel padahal kami sering mendengaranya, sebenarnya yang membuat kami terkejut adalah belum ada satupun guru yang masuk kekelas kami. Satu per satu para guru keluar dari ruang guru dan melewati kelas kami menuju kelas yang akan diasuhnya sebagai jabatan seorang wali kelas. Jam sudah menunjukkan pukul delapan lewat beberapa menit, sudah satu jam lebih kami menunggu tetapi belum juga ada guru yang datang dan mengaku sebagai wali kelas kami. Beberapa murid perempuan pun pergi keruang guru untuk menanyakan prihal siapa wali kelas kami. Menurut jadwal wali kelas kami adalah pak Amsir, namun ketika dikonfirmasi ternyata pak Amsir menolak menjadi wali kelas kami karena pak Amsir tidak mau jadi wali kelas manapun. Loh-oh-oh jadi siapa wali kelas kami? Tanya anak-anak aneh ini. Lalu kami bertanya pada wakil kepala sekolah pada saat itu (kami lupa siapa orangnya). Lalu kami tahu bahwa wali kelas kami adalah bu Mella, hati pun lega, tapi ketika bu Mella datang kekelas kami dia menerangkan kepada kami bahwa diapun tidak akan menjabat wali kelas pada tahun ini. “Wali kelas kita jadinya siapa Bu?” tanya anak-anak aneh ini, “mana saya tahu” jawab guru yang tidak begitu tua ini (pada akhirnya dia menjadi wali kelas kami juga pada kelas duabelas) . Emang empat itu angka sial ternyata. Sampai bel istirahat pertama kami pun tidak tahu siapa wali kelas kami.dan kami berpikir mungkin memang takkan ada guru yang mau mengasuh anak-anak aneh ini. Pada waktu hampir menjelang siang datanglah seorang guru berkerudung, dengan santai dan aneh melihat kelas kami, “XI IPS 4 ya?” tanya guru itu. Dia adalah Bu Hayati (dipanggil Bu-Hay) “iya Bu” sahut para penghuni kelas baru ini. “saya lupa kalu saya diberi amanat untuk menjadi wali kelas ini” kata guru itu. ‘oOoh jadi ibu wali kelasnya’ jawab anak-anak dengan malas. Mungkin didalam hati anak-anak ini berkata bahwa: dari tadi kek datengnya, kirain kita ngga bakalan punya wali kelas. Dan akhirnya kami tahu bahwa walikelas kami adalah Ibu Hayati, sorang guru Bahasa Indonesia yang baik hati.